Novel merupakan sebuah karya sastra yang tidak dapat dibaca selesai dalam sekali duduk, karena panjangnya sebuah novel secara khusus cukup untuk mempermasalahkan karakter, peranan sosial tokoh dan pandangan hidup tokoh dalam perjalanan waktu. Jadi, dalam perjalanan panjang inilah yang dapat menggambarkan perjuangan seorang tokoh dalam menghadapi kehidupannya yang penyajiannya secara panjang lebar. Oleh karena itu tidak mengherankan jika posisi menusia dalam masyarakat menjadi pokok permasalahan yang selalu menarik perhatian para novelis. Berdasarkan kajian di atas, penulis akan melakukan analisis novel “Perempuan Berkalung Sorban” dengan mengunakan teori Robert Stanton, yaitu dengan menganalisis unsur intrinsiknya. Berdasarkan teori Robert Stanton unsur intrinsik atau elemen pembangun fiksi dibagi menjadi tema,fakta cerita, dan sarana cerita. Tema adalah makna cerita, gagasan sentral atau dasar cerita. Telechargement gratuit de pdf. Fakta cerita adalah, hal-hal yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, fakta cerita meliputi:tokoh/penokohan, latar, plot/alur. Sedangkan sarana cerita adalah hal-hal yang dimanfaatkan oleh pengarang dalam memilih dan menata detail-detail cerita. Sarana cerita meliputi: unsur judul, gaya bahasa, sudut pandang, nada/suasana. Penulis menyimpulkan tema tersebut karena setelah membaca novel tersebut dan di analisis, novel tersebut menceritakan tentang seorang perempuan yang bernama Annisa, yang hidup di lingkungan pesantren dan harus mengikuti adat istiadat dan operaturan yang ada di pesantren. Film Perempuan Berkalung Sorban merupakan adaptasi dari novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Kha l ieqy. Abidah El Khalieqy merupakan sastrawan Indonesia yang peka terhadap realita sosial. Dalam novel ini ia mengangkat kisah kehidupan wanita dengan ketidakkesetaraanya terhadap laki-laki. Film ini lebih mengarahkan pandangannya menampilkan tokoh perempuan dengan berbagai permasalahanya. Feb 10, 2009 Review Movie: Perempuan Berkalung Sorban February 10, 2009 February 10, 2009 Sebuah film oleh Hanung Bramantyo diangkat dari Novel karya Abidah Al Khalieqy bercerita based tentang perjuangan seorang perempuan (Revalina S Temat) yang ingin “bebas” dari dunia yang membelenggunya. Serta, sebagai anak perempuan satu-satunya, Annisa sangat dibedakan dar kedua kakak laki-lakinya. Pembedaan itulah yang membuat Annisa slalu ingin disamakan dengan laki-laki, misalnya derajat, hak, dan segala hal yang berbau kebebasan. Tetapi keinginan Annisa selalu ditolak oleh ayahnya, yang merupakan pendiri Pesantren. Bukti yang memperkuat alasan di atas terdapat pada kutipan paragraf berikut. ![]() “Jika aku naik kuda, semua orang mendongak ke arahku jika bicara denganku. Aku juga bisa memimpin pasukan perang seperti Aisyah atau Putri Budur, sehingga para lelaki perkasa tunduk di belakangku,” aku tertawa geli, “dan jika aku ke kantor, bajuku wangi dan rapi tidak seperti Lek Sumi yang seharian di dapur, badannya bau dan bajunya kedodoran. Jika aku ke kantor semua orang melihatku dengan hormat, tidak menutup hidung jika aku lewat seperti mereka menutup hidung dekat lek Sumi, karena bau bawang dan trasi. Dan akhir bulan aku mnerima gaji.” (halaman 15). “Bertanggungjawab kan tidak harus melakukan pekerjaab itu sendiri, Nissa. Bukankah urusan rumah tangga itu banyak sekali, dan tangan perempuan hanya dua, kiri dan kanan. Jika di jaman Nabi, tradisi menghadiahi budak kepada istri adalah budaya umuma, mungkin di zaman sekarang, seorang suami harus mengahadiahi seorang atau beberapa pekerja rumah tangga untuk istrinya, tergantung kebutuhan dan banyaknya urusan rumah tangga. Portable teamviewer cracked version rare.
0 Comments
Leave a Reply. |